Assalamualaikum wr.wb.
cerita yang akan saya share kali ini adalah
pengalaman travelling ke bali sekitar bulan agustus tahun 2016, kita berempat
(aku, shofi, ikbar dan bening) dadakan travelling karena tergiur promo PT. KAI
yang waktu itu promo tiket kereta seharga Rp. 17ribu seluruh rute di indonesia
(baik executive/ business) dalam rangka memperingati HUT kemerdekaan
negara Indonesia kita tercinta. setelah perjuangan lembur (adik ikbar aja sih)
akibat berburu tiket akhirnya kita dapat tiket kereta api Mutiara Timur malam
(harga normal tiket kelas bisnis sekitar Rp. 115-160 ribu, sedangkan harga
tiket kelas eksekutif berkisar Rp. 170 – 215 ribu) dari stasiun Gubeng Surabaya
pukul 22.00 wib dan sampai sekitar 04.25 wib di Stasiun Banyuwangi Baru.
sesampainya di stasiun Banyuwangi Baru kita langsung
sholat subuh setelah itu lanjut cari sarapan murmer alias murah meriah sembari
menunggu bus kota, dan dapatlah bapak-bapak penjual nasi jinggo depan gerbang
masuk stasiun (harganya sekitar dari Rp. 8-10ribu). setelah menunggu bus kota
yang tak kunjung lewat akhirnya kita memutuskan untuk jalan kaki ( ±15 menit)
ke pelabuhan Ketapang Banyuwangi untuk menyebrang menggunakan kapal feri menuju
pelabuhan Gilimanuk Bali (tiket masuk Rp. 6ribu/orang).
pemandangan Selat Bali
sekitar
satu jam berlalu sampailah kami di pelabuhan Gilimanuk Bali, kami pun jalan
kaki menuju terminal dekat pelabuhan Gilimanuk untuk mencari bus umum. oh iya..
di pintu masuk menuju ke terminal selalu ada pemeriksaan petugas oleh karena
itu siapkan kartu identitas pengenal kalian semisal KTP/SIM. kami menunggu bus
berangkat cukup lama karena bus biasanya menunggu penumpang sampai penuh. Kami
dapat bus dengan harga Rp. 30ribu (normal Rp. 35ribu) menuju terminal Ubung
Bali dengan sekitar 3-4 jam perjalanan. panas sesak tapi menyenangkan.
setelah
sampai di terminal Ubung Bali kami pun menyewa grab dengan tarif sekitar Rp.
40-60ribu saat itu (seharusnya ada diskon tapi karena kami buru2 akhirnya tidak
sempat mengkonfirmasi dan alhasil kami membayar penuh). Penginapan kami
disekitar pantai kuta (losmen Arthawan) dengan sewa perkamar Rp. 100ribu itupun
bisa ditempati 2 orang. kami menyewa 2 kamar selama tiga hari berarti total Rp.
150ribu/orang. fasilitas penginapan standart (1 bed extra kasur kapuk, kamar mandi
dalam dan 1 almari, 1 kipas angin atap). karena kami berempat (muslim) dan ada
perempuannya sang pemilik hotel menempatkan kami di lantai paling atas dengan
alasan keamanan, karena di lantai 2 waktu itu kebetulan yang menginap banyak
lelaki sedangkan lantai 1 sudah penuh.
sore
harinya kami berempat memutuskan untuk keliling mencari warung makan yang
murah, perlu diketahui mencari tempat makan yang murah di daerah legian cukup
sulit, akhirnya kamipun jalan cukup jauh dari penginapan melewati gang-gang
sempit antara diskotik. jangan khawatir akan menemui gang buntu karena memang
gang tersebut adalah akses menuju perkampungan, banyak menjual berbagai macam
makanan murah dan banyak tersedia kos-kos untuk para pekerja. untuk warung
makannya tidak sempat memperhatikan dengan jelas namanya apa karena kami sangat
lapar. warung makannya khas banyuwangi, saya makan seporsi nasi ayam dan
lalapan dengan harga sekitar Rp. 10ribu. setelah isi perut, kami berempat
jalan-jalan ke monumen legian bali.
foto dengan background monumen bom bali |
karena ikbar dan bening capek dan ingin istirahat dulu di hotel, saya dan shofi
memutuskan untuk jalan-jalan ke pantai kuta, karena kami belum menyewa motor
kami jalan kaki sekitar 25 menit untuk sampai ke pantai.. berasa capeknya sih
jalan dari ujung ke ujung, kekenyangan pula.. tapi nggak apalah sambil melihat
kios-kios dan para bule berlalu lalang. daripada garing dijalan akhirnya saya
beli dream catcher harganya sekitar 10-20rb. dan finally sampailah kami di kuta
finally sampailah kami di Pantai Kuta |
ekspresi kaget kudanya tiba-tiba bergerak |
malam harinya kami balik ke hotel untuk sholat
dan kami berdua pun jalan-jalan lagi.. kali ini kami memutuskan untuk menyisiri
jalan legian.. yah legian merupakan lokasi tragedi bom Bali 1 pada tahun 2002.
namun setelah 15 tahun berlalu legian kini kembali pulih dan tetap seperti yang
dulu
jalan-jalan
pake sendal jepit
kamipun jalan-jalan dan
berfoto-foto.. dijalanan ini lumayan ada beberapa yang berhijab jadi kami
beruntung masih berasa jalan-jalan di negara sendiri hehe sambil lihat
cinderamata dan mengamati beberapa diskotik. dan setelah malam kamipun
memutuskan pulang dan istirahat. sekian cerita travelling ke Bali hari pertama,
untuk hari kedua bisa cek disini, terimakasih sudah meluangkan waktunya untuk
membaca dan berbagi cerita :)
Wassalamualaikum,
wr.wb.
|
Komentar
Posting Komentar